TELENOVUSLA Sidestory II:
A Distant Promise
Luthien baru saja mendarat dari boosternya di tepian Pan Crimson, hari ini dia datang sedikit lebih pagi, sehingga belum terlihat Avalon di sana. Langit di Pan Crimson masih gelap sehingga Luthien bisa melihat bintang-bintang bertaburan di sana. Biarlah, pikir Luthien gw juga pingin menikmati udara pantai yang segar kok.
Saat cewek itu menegadahkan kepalanya untuk menghirup nafas dalam-dalam, tiba-tiba ia melihat sesuatu di atas langit... Sebuah bintang jatuh terbakar di atmosfer planet Solar, menjadi percikan cahaya yang berkilau terang, lebih terang dari puluhan bintang lain yang bersinar menerangi langit subuh itu...
Untuk sesaat memory Luthien melayang ke beberapa tahun lalu, dimana ia pernah menyaksikan langit berbintang dengan bintang jatuh yang menghiasinya persis seperti yang dilihatnya saat ini, bersama seorang teman yang sangat berarti baginya....
..................
........
....
Paladinz adalah putra dari keluarga Warrior Summoner Cora yang kuat dan sangat disegani baik oleh kawan maupun lawannya. Ia dibesarkan di sebuah rumah besar yang terletak tak terlalu jauh di pusat markas Cora, sebagai keluarga kepercayaan Archon saat itu, mereka digaji cukup besar sehingga mampu membeli rumah semewah itu.
Kebalikan dengan Paladinz, Luthien adalah anak dari keluarga Grazier miskin yang tinggal tepat di sebelah rumah megah Paladinz. Saat berumur tiga tahun ia menjadi yatim piatu saat kedua orang tuanya terbunuh dalam sebuah kerusuhan di Ether oleh bangsa Accretia.
Keluarga Paladinz pun mengambil Luthien dan membawanya untuk tinggal bersama dengan keluarga mereka. Paladinz yang selalu kesepian sejak kecil karena sering ditingal pergi menjalankan tugas Archon oleh Ayah, Ibu dan kakaknya pun segera menjadi akrab dengan Luthien. Dalam waktu yang sangat singkat mereka sudah seperti saudara sendiri.
Pada usia enam belas tahun, Paladinz dan Luthien sama-sama menjadi anggota Youth Division of The Holly Alliance Army. Sebuah divisi khusus untuk prajurit pemula yang bertujuan untuk mempersiapkan mereka sebelum terjun ke medan perang nantinya.
Paladinz begitu senang dirinya dan Luthien bisa diterima di divisi itu. Malam itu juga Paladinz mengajak Luthien untuk berjalan-jalan ke daratan gelap. Luthien tentunya emoh karena takut bertemu hantu -_-a
Tapi Paladinz terus aja memaksanya, “Ada sesuatu yang mau gue tunjukin ke elo!”
Tidak mampu menolak keinginan dan paksaan Paladinz, Luthien akhirnya menurut aja saat diseret menuju ke portal markas Cora.
Dua anak Coro itu berjalan diam-diam menghindari pengawasan para penjaga di Pos Cora. Mereka menyusup keluar pos saat tidak ada yang memperhatikan dan segera memanjat ke atas Daratan Gelap sebelum akhirnya behenti di sebuah bukit yang landai ga jauh dari area King Tweezer.
Paladinz yang duluan nyampe segera duduk di tepian bukit sambil berteriak keras keras
“Ini adalah tempat istimewa gw selama bertahun-tahun!!” Dia kemudian berbaring di atas karpet rumput diikuti oleh Luthien di sebelahnya.
“Awww cantik sekali pemandangan malam di tempat ini..... Lu kok gak pernah cerita-cerita ke gw sih Pal?” omel cewek itu sambil nonjok lengan Paladinz
“Zzzzzz lu nya kali yang pengecut dah berapa kali gw mau ngajak elu takut mulu, hari ini aja kalo ga diseret pasti ga mau ikut!!!”
“Ehehehehe ~ ~ ~” Luthien tertawa dudul sambil tersipu sipu malu “eh tapi bener pemandangan di sini bagus banged!”
“Yeah... thats why I like this place... Setiap saat gw punya masalah, gw selalu datang ke sini, dan cukup dengan ngeliat bintang-bintang yang bertaburan di langit ini gw segera lupa ama masalah yang gw alamin.”
Tiba-tiba aja Luthien menjerit sambil menunjuk ke arah langit “Ahh Paalll, lihaatt ada bintang jatuh!!!!”
Paladinz tersenyum melihat ulah Luthien yang norak itu
“Yah itu juga salah satu alasan gw suka tempat ini... Setiap kali gw ngeliat bintang jatuh gw selalu memejamkan mata gw, mengucapkan impian gw dalam hati dan berharap agar impian itu dikabulkan oleh Decem.”
“Kasih tau dong... What’s your dream?”
“Impian gw muluk dan agak gila hehehe ga usah gw sebutin deh.... ”
“Halah pelit kasih tau napa sih!” bentak Luthien sambil menjitak kepala Paladinz keras-keras.
“Zzzzzz cewek garong! Sampe tua lu ga bakalan laku!!! “ rutuk Paladinz sambil mengusap kepalanya yang sakit.
Namun ia segera memasang ekspresi ngeri dan menceritakan apa impiannya ketika Luthien memberi syarat akan mendaratkan jitakan babak ke dua kalo Paladinz nggak segera bicara. “Ehmm gini... lu lihat langit yang penuh bintang itu kan?”
“Iya”
“Setiap bintang yang ada di atas sana, semuanya bercahaya terang... Seperti semua keluarga gw.... Suatu hari nanti gw juga ingin seperti mereka, bahkan gw ingin bersinar lebih terang, paling terang diantara mereka semua!!!”
Luthien melongo mendengar impian sahabatnya itu, ia tidak menyangka Paladinz yang biasanya kalem dan cuek ini ternyata menyimpan keinginan sebesar itu “luar biasa...” desisnya penuh kekaguman.
“Nah elo sendiri gimana Luth?” tanya Paladinz tiba-tiba “Apa impian elo?Jadi selirnya Archon mungkin? wkwkwkwkw?”
Tawa Paladinz terhenti ketika sebuah gamparan menghantam wajahnya dengan sukses.
“AMPUNNN MBAKKK!” jeritnya pasrah.
Luthien menggeretakkan tinjunya keras-keras sebelum menjawab, “sayangnya gw nggak punya impian semuluk elu Pal... Abis gw juga bukannya nggak sadar kalo gw ini dudut... Bisa diterima di Youth Division of Holly Alliance Army juga pasti karena pengaruh keluarga elu” wajah Luthien tertunduk kelu ketika mengucapkannya.
“Hey! Kalo elu terus nundukin kepala lo kayak gitu, selamanya juga lu ga bakal mampu melihat hal-hal yang bisa elu raih! Pandanglah ke atas langit, jangan tundukin kepala elo!” ujarnya sambil menepuk pundak Luthien.
Luthien tersenyum tipis, emang Paladinz ini dari dulu selalu optimis dan selalu menyutiknya dengan semangat tiap kali ia membutuhkannya... Cewe itu kemudian mengangguk sebelum menjawab “Gw akan berusaha...”
“So... What do you think, Luth? Apakah suati hari nanti, seperti bintang di langit itu gw juga bisa bersinar?”
“Kalo elu sih pasti bisa, Pal!” jawab Luthien mantap.
Iya... Paladinz mah gak perlu dikhawatirkan, dia berasal dari keluarga bibit unggul kayak gitu, pada usia semuda ini aja dia udah menunjukkan potensinya dengan menempati peringkat tertinggi ujian masuk Youth Army. Sedangkan gw.... mungkin sampai kapanpun gw hanya akan jadi Coro biasa, Grazier biasa, dan tidak pernah terlibat dalam kejadian-kejadian luar biasa apapun seumur hidup gw.
Lamunan Luthien tersebut tiba-tiba dibuyarkan dengan kedatangan beberapa petinggi Cora, termasuk King Archon secara tiba-tiba di dekat mereka. Baik Luthien maupun Paladinz sama-sama terkejut. Mereka berdua udah menyangka bakal dimarahin habis-habisan karena berkeliaran selarut ini sendirian.
Namun tidak diduga King Archon justru berjalan mendekati Paladinz dengan ekspresi wajah yang lembut.
“Nama elo Paladinz kan....” ucapan itu meluncur dengan tenang dari bibir King Archon yang berwarna merah ranum.
“Iya” jawab Paladinz singkat dengan masih memasang ekspresi bingung campur kagum memandang sosok bersinar di hadapannya
“Gw takut... Ada berita buruk untuk elu...” King Archon berhenti sejenak untuk memegang pundak Paladinz sebelum melanjutkan “Seluruh keluarga elu... Baru saja jadi korban di Chip War... Mereka sedang berada di Chip Accretia ketika serangan mendadak dari bangsa Bellato tiba.... Berkat pengorbanan merekalah, kami berhasil menahan laju pasukan Bellato dan memenangkan Chip War malam ini....”
Luthien sangat shock mendengar berita itu, ia segera saja menoleh untuk melihat wajah Paladinz. Wajah yang tadinya nampak bersemangat dan optimis itu kini terlihat begitu pucat seolah tidak menyimpan lagi keinginan untuk hidup....
“Sorry gw tahu lu pasti sedih-” lanjut King Archon yang segera dipotong oleh jeritan murka Paladinz
“BOHONGGGGGGGGGGGGGGGGG!!!!!!!!!!!!!!!!!!!” mata Paladinz berkaca-kaca seluruh wajahnya merah padam karena marah, setelah berteriak demikian tiba-tiba aja Paladinz berlari sekencang-kecangnya menuju arah Pos Cora.
Luthien hendak menyusul Paladinz ketika ia ditahan oleh sesosok Steeler yang berdiri di samping King Archon. “Jangan, hari sudah mulai larut... Saya antarkan kamu pulang, biarkan King Archon yang bicara dengan temanmu” ujar Steeler itu lembut.
Mukyaaaaaaa~ ~ ~ ~ Cakeph bener ini Steelerrrrrrrrr mana gaya ngomongnya lembut gitu pulaakkkkk, wajah Luthien memerah seketika. Cewe itu nurut-nurut aja ketika diajak berjalan kaki bareng Steeler yang ternyata bernama HeN itu kembali ke Pos Cora dan portal balik ke markas.
Sementara itu Paladinz udah kayak orang kalap, ia terus berlari melewati Pos Cora, langsung ke arah portal menuju Hutan Bayangan. Peringatan penjaga portal tidak dihiraukannya....
Benar juga, baru beberapa puluh meter langkah Paladinz sudah dihadang oleh seekor Mass Sandworm yang ganas. Cora cupu itu tidak ada harapan melawan momon yang levelnya jauh diatasnya itu.
Dalam sekali terjang Paladinz udah goler ke tanah, anak itu hanya menatap dengan pasrah ke arah mulut besar Mass Sandworm yang siap menelannya, ketika seekor Isis emas tiba-tiba saja menyerang Sandworm itu mengalihkan perhatiannya dari makanan empuk di depan matanya.
Paladinz menoleh lemah ke arah datangnya Isis emas itu, tepat di samping Isis itu berdiri dengan gagah Secoro Grazier dengan Armor Archon dan aura berkilau diatas kepalanya. Setelah itu Paladinz pun pingsan gak sadarkan diri...
Paladinz baru tersadar esok harinya, saat membuka mata ia berada di sebuah kamar yang tidak dikenalnya, terbangun diatas tempat tidur yang bukan miliknya.... Anak itu melompat dengan panik ketika tiba-tiba pintu kamar yang bercat putih itu terbuka dan sosok King Archon memasuki kamar tersebut.
“Ngga usah takut” ujarnya “This is my private chamber....”
“Kenapa... gw disini?”
“Lu kemaren nekat masuk ke hutan Bayangan, trus diserang ama Mass Sandworm. Untung gw datang tepat pada waktunya untuk nolong elu” ujar King Archon sambil duduk di samping Paladinz dan mengelus rambut anak itu dengan lembut *OMFG*
Paladinz kembali teringat kejadian semalam, kenyataan bahwa seluruh keluarganya telah meninggalkannya dalam waktu bersamaan sangat mengguncang dirinya, ia kembali menagis terisak-isak. “Gw... setelah ini....harus bagaimana.... dibandingkan kakak-kakak gw, gw adalah yang paling lemah dan ga berguna..... Kemarin saja gw hampir mati di tangan monster itu..... kalo kk Archon gak menolong.... gw..... gw nggak tahu harus gimana setelah mereka pergi!!!!” tangis Paladinz semakin menjadi-jadi.
“Shht jangan menangis” hibur King Archon sambil memeluk anak itu “Kamu adalah prajurit Cora, kamu tidak boleh menunjukkan air matamu!”
“Mungkin... gw sebaiknya quit aja... gw nggak yakin gw mampu.... orang-orang yang biasa mengajari gw, mendidik gw, yang biasa gw jadikan panutan sudah pergi.... Impian gw untuk melebihi mereka... nggak bakalan bisa tercapai!”
“Gw kenal keluarga elo sejak gw belom jadi Archon.... Lu mau denger kata-kata yang sering diucapin bokap elo ke gw setiap kali gw merasa putus asa?” tanya King Archon.
“Apa itu?”
“Each of us is destined to shine in our own time... You just need to believe in yourself! Setiap orang ada masanya sendiri untuk bersinar, kalo hari ini lu gagal selalu ada hari esok buat lu nyoba lagi... Tapi kalo belom apa-apa lu udah pesimis lu ga bakal bisa meraih apa-apa” ujarnya sambil menghapus air mata di pipi Paladinz.
Air mata Paladinz mengalir makin deras mendengar kata-kata itu, King Archon memeluk anak itu makin erat...
“Anak manis.. Jangan menangis.... Suatu hari nanti gw yakin, lu pasti bisa jadi seperti yang elo impikan, tetap semangat dan jangan menyerah!”
Paladinz menangis beberapa saat dalam dekapan King Archon sebelum akhirnya menguasai emosinya dan mampu berbicara dengan tenang... “Makasih kk Archon... gw bersumpah gw akan jadi Prajurit Cora yang kuat dan gw akan mengabdikan hidup gw buat kk!!”
........................
................
............
Setelah hari itu Paladinz dan Luthien pun kembali fokus leveling dan PT ing, serta menjalankan semua quest-quest mereka dengan baik. Dalam waktu beberapa bulan saja kedua anak itu kini telah mencapai level 30, dimana mereka bisa memilih job.
Luthien memilih jadi Summoner, demikian juga Paladinz menjadikan dia seorang Warior Cross Class. Namun bukan masalah itu yang membuat Luthien berlari-lari dengan gusar ke arah Paladinz yang lagi duduk santai di Daratan Gelap
“SWT PAL!!! Apa bener gossip yang gw denger, lu menolak Animus pemberian pemimpin bangsa????” tanya Luthien sambil terengah-engah mengatur nafasnya.
“Yup” jawab Paladinz kalem. “Gw nggak butuh Animus lemah macem gitu”
“Maksud elo Animus lemah?” Luthien masih tak mengerti.
Dalam satu gerakan cepat Paladinz sudah mensummon Animus Isisnya, Isis beroda emas yang bersinar terang, Isis level 50!!!!
“Buset!” jerit Luthien “Darimana lu dapet?” tanyanya dudul
“Zzzzzz beli non! Tinggal narik aja di lelang Haram apa susahnya!”
Ahhh iya, Luthien hampir aja lupa. Paladinz kan anak tajir, duid warisannya pasti masih berlimpah sampai dia bisa membeli animus level 50. Jelas aja dia nggak mau menerima Animus level 15 dari pemimpin bangsa.
“Trus.. ngapain lu merenung di sini Pal? Ada masalah?” tanya Luthien sambil duduk di samping Paladinz.
Cewe itu udah tahu bahwa Paladinz nggak mungkin pergi ke tempat specialnya itu kecuali dia punya masalah.
“Khusus hari ini nggak” jawab Paladinz sambil kembali menatap ke arah langit berbintang “hanya saja... hari ini udah genap 6 bulan sejak waktu itu... Impian gw yang nyaris aja gue buang, masih belum berubah sampai hari ini.... Gw selangkah makin mendekati impian gw Luth, dengan Animus-animus level 50 ini, gw akan bantai semua Accretia dan Bellato yang gw temui!!! Ga akan ada satupun yang gw biarin lolos!” ujarnya mantap.
Luthien melihat kilauan semangat di mata Paladinz yang nggak wajar, berbeda dari 6 bulan yang lalu, dimana mata Paladinz dipenuhi impian dan harapan. Sedangkan yang terpancar di mata Paladinz saat ini adalah ambisi dan dendam...
Semenjak hari itu, Paladinz sangat rajin berpatroli di depan Haram dan Numerus. Dengan Animus-animus level 50 nya ia membantai setiap kaleng dan cebol yang ditemuinya berkeliaran di wilayah itu. Bahkan ia sudah berani ikut-ikut CW, tentunya ia berdiri di belakang warrior-warrior lainnya dan hanya memajukan Animusnya aja ke depan.
Tentu saja Luthien berkali-kali mengomeli kenekatan Paladinz itu,
“Ampunnn Pal, sadar level dong!!!! Lu itu masih 36, masih krupuk!!! Jangan terlalu nekat kenapa!!!”
Tapi Paladinz yang udah merasa sangat PD dengan animus-animus level 50 nya tidak pernah mempedulikan peringatan Luthien.
“Gw punya animus buat jaga diri! Ini adalah cara gw ngewujudin impian gw Luth!!! Semakin banyak bangsa lain yang gw bunuh semakin gw akan dikenal sebagai Cora yang kuat!!!“
Begitu selalu jawab Paladinz tiap kali mereka berdebat, malah Paladinz memaksa membelikan Luthien Animus level 50 juga supaya dia lebih berani keluar ke wilayah netral.
“Mau sampe kapan lu autis ama King Tweezer di markas Luth? Level lu udah 36 udah saatnya hunt di luar!”
“Gw nggak PD Pal, kalo lihat kaleng salah-salah gw malah lari ke arah kalengnya!”
“Makanya hari ini gw seret elo ke Haram, lu bilang aja mau animus yang mana. Mau 4 juga gw beliin!” balas Paladinz sewot
“Gw nggak mau kalo elu beliin!!!! Gw maunya nabung beli pake usaha sendiri!”
“Sampe kapan juga lu ga bakal bisa beli kalo cuma farm di markas!!!!”
Namun belum sempat Luthien membalas, tiba-tiba aja dua Coro itu udah dikejutkan dengan keributan di luar Istana Haram. Dari platform lelang mereka bisa melihat ratusan kaleng Accretia sedang membantai Cora level ucup yang sedang berburu di pinggiran Bukit Chilly.
“Accretian raid!!!!! Semua Cora dengan level dibawah 40 segera kembali ke Haram!!!” Suara King Archon terdengar bergema keras di chat Race.
Namun Paladinz justru menyiapkan buff nya dan bersiap keluar dari dinding Haram.
“SWT!!! Lu gak denger kata King Arcon barusan???? Lu mau setor nyawa???” Luthien segera menarik lengan Paladinz, mencoba mencegah agar temannya itu agar nggak keluar.
“BERISIK!!!!” bentak Paladinz “Gw punya impian Luth, gw ingin dikenal sebagai Cora yang kuat, bukan jadi pengecut kayak elu!!!! Dan gw nggak takut ngewujudin impian gw walau nyawa taruhannya!!!!”
Luthien terlihat sangat kaget dibentak seperti itu oleh Paladinz, namun pemuda itu udah nggak mempedulikannya. Ia segera berlari keluar pintu haram dan bergabung dengan tim repel.
Bukit Chilly sudah berubah jadi medan perang, suara pedang yang beradu dan desingan peluru terdengar dari segala penjuru. King Archon bersama beberapa petinggi Cora tampak berada di barisan terdepan, mengkomando pasukannya untuk mendorong prajurit Accretia balik ke arah portal Crag Mine.
Paladinz bergantian memainkan Isis dan Hecate nya, dia menggunakan kedua Animus itu untuk menyerang para Accre yang levelnya jauh diatas dirinya itu dari jarak aman. Beberapa kali Paladinz berhasil mendapatkan last hit, pemuda ini pun tersenyum puas melihat point CPt nya bertambah terus.
Tak lama ia pun merasa over confident dan pelan-pelan terpisah dari pasukan Cora level tinggi yang terus mendorong pasukan Accre ke arah portal CM.
Dengan penuh percaya diri ia menyusuri Bukit Chilly sendirian, benar juga dugaannya ada beberapa Accretia yang masih tersisa di sana. Digunakannya Animus nya untuk memanen CPt para Accre malang itu seorang diri.
Hahahaha, emang kill sendiri rasanya lebih lega dibandingkan cuma hoki LH. Pikir Paladinz sambil tersenyum puas.
Paladinz melanjutkan patrolinya ketika dilihatnya sekaleng striker Accretia sedang berdiri membelakangi dirinya, Tapi ada yang berbeda pada Striker ini... diatas kepalanya terdapat aura yang bersinar, aura Wakil Archon!!!!!
Terbayang kebanggan dan point CPt yang akan didapatnya bila ia berhasil menghabisi petinggi Accre ini, ia akan dikenal oleh seluruh Cora sebagai pembantai Warchon Accretia!!!! Tanpa memikirkan resikonya Paladinz segera memerintahkan Isis emasnya untuk menyerang!!!!
Diluar dugaan Paladinz, striker itu mampu menghindari sabetan Isis emasnya dengan sukses, bahkan mengarahkan launchernya tepat ke arah gold Isisnya. Dalam sekali serangan Compound Striker itu sudah menghabisi setengah HP Isis milik Paladinz!!!
Paladinz sendiri beruntung ia mengambil jarak terjauh dari animusnya sehingga nggak terkena serangan area itu, kalau terkena tadi ia pasti udah mampus sekarang! Dengan kesal Paladinz terus memerintahkan Isisnya untuk menghajar kaleng itu, namun dengan tenang striker itu menerima serangan-serangan Isis tersebut sambil menggunakan launchernya untuk menghajar Isis emas itu!!!
Perbandingan damage yang mencolok pun terlihat, Isis milik Paladinz walaupun level 50 tidak bisa terlalu banyak melukai sekaleng striker di hadapannya. Sementara striker itu dalam sekejap sudah menipiskan HP si Isis! Paladinz mau nggak mau menyimpan Isisnya sebelom dibikin goler ama Striker itu!
Dengan tidak adanya Isis yang mengganggu, kini sekaleng striker itu mengincar Summonernya, yaitu Paladinz!!! Dengan cepat pemuda itu berganti senjata injurer untuk mengambil jarak jauh-jauh dari Striker itu sebelum delay summon nya habis, dia masih punya Hecate level 50!
Namun striker itu rupanya tidak kalah cepat, ia juga segera berganti armor ranger dan mengejar Paladinz sambil menembakkan panah dari SI BGB nya!!! Berkali-kali panah itu hampir mengenai Paladinz kalau saja Coro itu nggak berlari secepat kilat.
Saat itulah delay summon Paladinz habis, dengan segera ia mensummon Hecatenya dan memerintahkannya untuk menyerang kaleng yang mengejarnya itu!
“Makan tuh stun!!!” teriak Paladinz puas melihat pengejarnya kini kewalahan mengatasi stun-stun dari Hecatenya.
Namun belom sempat HP striker itu turun setengah, ia sudah siege mode dan DOOMBLAST!!!!!!!!!!!!!
Tanpa ampun dihancurkannya Animus milik Paladinz, sampe pemuda itu melongo. HP dan Def Hecate yang cukup tebel itu nggak mampu mengatasi damage mengerikan dari striker yang dilawannya itu.
Gak pake nunggu lama, Paladinz segera ambil langkah 1000 untuk kembali ke jarak lindungan tower Haram!! Namun striker itu lebih cepat, ia segera mencopot siege mode nya dan kembali mengejar Paladinz.
Tower Istana Haram masih belum terlihat ketika Paladinz merasakan sebuah anak panah menembus kaki kirinya dengan telak!!!
“UWAAAAAGGGHH!!!” jeritnya kesakitan.
Pemuda itu pun terjatuh di atas tanah Bukit Chilly dan segera mensumon Inanna nya untuk menyembuhkan diri, namun belum sempat Inanna itu berbuat apa-apa serangan Dread Fire telah menyambar tubuh animus malang itu dan menghancurkannya!!!
Hanya sekitar 3 meter di belakangnya Striker itu kini sudah berada begitu dekat dengan Paladinz dan mengarahkan moncong launchernya ke arah Paladinz. Saat itulah Paladinz melihat name tag Striker tersebut dan menyadari siapa Striker di hadapannya ini.
Yang sejak tadi dilawannya ternyata adalah Striker Legendaris Accretia! Perusuh nomer satu di Sette, kaleng pembunuh Coro dengan CPt tertinggi di seluruh Empire, Aizenvalt!!!
Hanjredddd, pikir Paladinz.... Dari tadi yg gw lawan dia toh.... Pantes alot bener!!!!
Setan!!!! Ah ya sudahlah... setidaknya gw mati di tangan striker legendaris pikir Paladinz pasrah.
Saat Aizenvalt sudah mencapai jarak serang dengan Paladinz, pemuda itu pun menantangnya untuk segera membereskan dirinya.
“Ayo kill me, gw ga takut mati, toh gw akan mati sebagai pahlawan!!”
Aizen memandangi coro menyedihkan yang tergolek di depan matanya itu, mata kameranya bergerak sebelum ia berkata “Setelah dipikir-pikir ammo launcher gw ini barang mahal, kebagusan kalo cuma buat bunuh pecundang macam elo!!!”
Setelah mengatakan itu Aizen malah ngeloyor pergi....
Tentu aja Paladinz berteriak-teriak marah diperlakukan kayak gitu
“WOYYY APA MAKSUD ELU NGATAIN GW PECUNDANG???!!! KILL ME KALENG BANGSAD!!!!”
“Gw kill elu, cuma ngotorin armor gw dengan darah sampah elo!” jawab Aizenvalt tanpa menoleh
“MAU GW PECUNDANG LAH, SAMPAH LAH, APA SIH PEDULI ELO!!! KILL AJA GW CEPET!!!”
“Kalo gw nge kill elo nama baik gw bisa rusak!!! Reputasi gw bisa tercoreng!!! Sampah cupu gak berskill kayak elo, hanya sembunyi dibalik animus sudah ngerasa jadi pahlawan pula!!!”
“Apa peduli elo!!???? Toh gw bisa kill kaleng dan cebol sebanyak mungkin itu bukti kalo gw kuat!!!”
Aizenvalt menghentikan langkahnya dan memandang Paladinz dengan kasihan....
“Hanya karena bisa kill banyak kaleng dan cebol elu udah merasa diri lu kuat??? HAHAHAHAHA!!” kaleng itu tertawa terbahak-bahak dengan suara yang menyeramkan
“Lu itu Warrior Summoner, mainin itu skill dekat elo, de-buff elo!!! Bisanya cuma nyuruh animusnya maju sementara lu nya sendiri ngumpet kek pengecut, masa gw yang kaleng ini lebih tau cara maenin job elu daripada elu sendiri!!!???? LU YANG KAYAK GITU UDAH NGERASA KUAT??????”
Paladinz tidak bisa membalas ucapan Aizenvalt itu, lidahnya kelu... Jauh dalam lubuk hati kecilnya dia menyadari.... Menyadari kebenaran menyakitkan yang tersimpan di balik setiap kalimat kaleng itu.
Ia menjatuhkan kepalanya dengan lemas di tanah Bukit Chilly sambil melihat keatas langit... Langit senja haram yang ditaburi oleh bintang, saat itulah ia teringat kembali dengan ucapannya.........“Suatu hari nanti gw juga ingin seperti mereka, bahkan gw ingin bersinar lebih terang, paling terang diantara mereka semua!”
Gw.... apa yang udah gw lakukan... gw tidak akan menjadi apapun kalo gw terus menipu diri seperti ini... Selama ini gw bukan mengejar mimpi gw, malah semakin jauh dari impian gw!!!! Luthien sudah berusaha memberitahu gw, tapi gw terlalu sombong untuk mendengarnya...
Aizen udah berjalan menjauh ketika Paladinz tiba-tiba berteriak keras-keras,
“WOOOOOOOOOYYYY KALENG!!!!!!!!!!!!!!!!!!!”
Aizen menghentikan langkahnya tanpa berpaling,
“Nama lo Aizenvalt kan!!!!! Inget inget ini, nama gw Paladinz!!! Suatu hari nanti gw akan jadi Warrior Summoner yang kuat!!!!! Lalu akan gw habisin badan kaleng elo itu!!!! lu akan nyesel udah biarin gw idup!!!!”
“Gw tunggu hari itu tiba, cora cupu!! Saat itu dengan bangga gw akan ambil nyawa elo!!!” jawab Aizen sambil meneruskan langkahnya.
Paladin memejamkan mata dan mati-matian menahan dirinya agar tidak menangis terisak-isak... Ia telah mendapatkan tamparan terkeras dalam hidupnya hari ini... dan itu didapatkannya justru dari sekaleng Accretia, bangsa yg dibencinya ½ mampus!!!
Perlahan-lahan ia membuka matanya lagi, saat itulah ia melihat diatas langit yang semakin menggelap, ribuan bintang bersinar begitu terang. Persis seperti pemandangan yang dilihatnya di Daratan Gelap....
My dreams are endless and crazy.... Incredibly bright, like that star!!!
Suatu hari nanti pasti.... Walau seberat apapun gw akan berusaha, untuk menjadi kuat dalam arti yang sesungguhnya!!!!
Tidak lama kemudian Paladinz ditemukan oleh tim repel dan segera di bawa ke Istana Haram, disana ia segera digamparin oleh Luthien yg cemas ½ mati
“GOBLOKKKKKKKKKK!!!!!!!! SOTOYYYYYYYYY!!! SOK KUAT LUHHH” bentak Luthien sampe semua Coro di Haram ngeri ngedengernya.
Paladinz cuma tersenyum lemah sambil menjawab “Iya gw emang goblok selama ini...”
Luthien kaget ngeliat respon Paladinz itu “Tumben lu diem aja gak ngebantah...”
“Iya karena barusan ada seseorang...Well mungkin dia bukan orang, tapi dia udah nyadarin gw arti kekuatan yang sesungguhnya itu apa.... Dia ngingetin gw ke impian gw yang sesungguhnya.... Yang gw lakuin selama ini hanyalah membohongi diri gw sendiri... gw masih jauh dari kuat Luth, gw masih harus banyak berlatih lagi...”
Luthien gak bisa nahan air matanya saat mendengar jawaban itu, ia segera memeluk Paladinz erat-erat “Gw ga butuh lu jadi kuat!!! Lu adalah temen gw sodara gw satu-satu nya sejak kita kecil, yang gw butuh cuma elu ada d sisi gw!!!”
Dengan lembut Paladinz balas mengelus punggung Luthien “Thanks Luth, tapi agar gw bisa selalu ada di sisi elu gw harus kuat! Gw nggak boleh jadi coro lemah yang gampang mati! Supaya lu gak perlu kehilangan gw selamanya!!”
Air mata Luthien semakin deras mengalir kayak kran bocor...
“Woyy kok tambah bocor???” tanya Paladinz setengah ketawa.
Luthien menghapus air matanya dan mati-matian berkata disela-sela tangisnya “Promise me Pal, lu ga akan ngelakuin hal bodoh kayak tadi!!”
“I promise, sis! Gw juga janji, gw ga akan biarin hal buruk terjadi pada elo, gw akan mencapai impian gw dan akan gw gunakan kekuatan gw untuk ngelindungi elu!”
Sambil berkata demikian Paladinz menunjukkan jari kelingkingnya pada Luthien. Luthien balas memberikan jari kelingkingnya. Mereka pun saling menautkan jari kelingking... meresmikan janji masa kecil mereka itu....
...............
........
....
Suara raungan mesin MAU membuyarkan Luthien dari lamunannya, nggak jauh di dekatnya ia melihat Avalon sedang memarkirkan mesin coklat itu dan meloncat turun dari kokpitnya.....
“Sorry Luth, dah lama nunggu ya?”
“Oh ga kok baru aja dateng...” jawab Luthien sambil tersenyum
“Barusan lu ngelamun?”
“Gak... cuma gw teringat sebuah janji yang pernah gw buat sama Pal dulu sekali ketika kita masih kecil”
“Oh ...” Avalon mengangkat sebelah alis matanya, penasaran “Janji apa?”
“R A H A S I A!” jawab Luthien dengan suara nakal.
“Azzzz sok misterius lu!!!!”
“Heheh biarin!” ujar Luthien sambil menjulurkan lidah.... Cewek itu kemudian tersenyum lembut lalu berkata “Yang jelas... sampai saat akhirnya dia menepati janji itu... “ Luthien berhenti sesaat kemudian sambil memandang lurus ke atas langit dia melanjutkan
“Dulu sekali dia pernah bilang sama gw ... Setiap bintang yang ada di atas sana, semuanya bercahaya terang... Suatu hari nanti gw juga ingin seperti mereka, bahkan gw ingin bersinar lebih terang, paling terang diantara mereka semua!!! Sayangnya gw tidak pernah sempat memberitahu dia.... bagi gw dia adalah bintang yang bersinar paling terang di langit, karena dia temen gw yang gak akan pernah tergantikan... “ Mata Luthien mulai berkaca-kaca.
Avalon menggengam jemari Luthien lembut “ Luth...”
“Ya?” Luthien menoleh perlahan ke arah Avalon.
“Senyum dong...”
Mendengar hal itu air mata pun tak terbendung lagi menetes di kedua belah pipi Luthien, Avalon menepuk punggung Luthien lembut.
“Ayo” ajaknya
Luthien mengusap air mata dengan punggung tangannya, merekapun bergandengan tangan menyusuri Pan Crimson menuju ke gua tempat nisan Paladinz berada.
The End
When I look up at the sky
The stars, see, are sparkling
Each giving off its own light
Like the people on this planet
Yeah, so I, too
Want to shine particularly bright
I close my eyes and make a vow in my heart
And entrust my dreams to that shooting star
Lyrics for Nagareboshi ~Shooting Star~ from Naruto: Shippuuden by Home Made Kazoku (Ending #1)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar